Pendiri Gontor Tiga Orang Kakak Beradik Yang Belakangan Disebut Trimurti.
Pondok Modern Darussalam Gontor didirikan oleh 3 pemuda kakak beradik yang saat itu masih berusia muda. Mereka itu adalah:
- KH. Ahmad Sahal saat berusia 25 tahun (22 Mei 1901-9 April 1977)
- KH. Zainuddin Fanani saat berusia 18 tahun (23 Desember 1908-21 Juli 1967)
- KH. Imam Zarkasyi saat berusia 16 tahun (21 Maret 1910-30 April 1985)
(Foto dokumentasi Gontor)
Dalam usia semuda itu, alam pikiran tiga kakak beradik ini ternyata melampaui zaman dan lingkungan tempat tinggalnya yang jauh dari perkotaan dan informasi. Bahkan begitu pondok yang didirikannya itu sudah mulai membesar, pondok itu justru diwakafkan kepada umat Islam secara resmi pada tahun 1958. Artinya, para pendiri dan keturunannya tidak bisa mengaku lagi bahwa pondok adalah aset kekayaan keluarga mereka. Inilah makna zuhud yang sebenarnya dan sulit dinalar kecuali bagi mereka yang dikarunia kejernihan kalbu. Setelah susah payah mendirikan pondok dengan uang pribadi dan warisan keluarga, tapi setelah bertambah besar dan terkenal, pondok tersebut justru langsung diwakafkan.
Syeikh Hasan Al-Baquri, menteri wakaf Mesir tahun 1952, ketika datang ke Gontor mengatakan, “Yang menjamin kelestarian pondok bukanlah gedung-gedung yang megah, atau santri-santri yang banyak dan guru-gurunya yang hebat..., tapi falsafahnya.”
Maka tidak heran jika Syeikh Syaltut, Syaikh Al-Azhar pernah mengatakan supaya di Indonesia ini harus ada 1000 Gontor.
Trimurti pendiri Gontor di usia tua. (Foto dokumentasi Gontor)
Lalu, apa falsafah hidup pendiri pondok modern Darussalam Gontor?
- Bondo, bahu, pikir, lek perlu sak nyawane pisan. (KH. Ahmad Sahal)
- Indonesia Omahku, Asia tegal sawahku, Amerika Pelanconganku. (KH. Ahmad Sahal)
- Yen wanio ing gampang, wedi ing pakewuh, sebarang or kelakon, jer besuki mowo beo. (KH. Ahmad Sahal)
- Andaikata muridku tinggal satu, akan tetap kuajar, yang satu ini sama dengan seribu, kalaupun yang satu ini tidak ada, aku akan mengajar dunia dengan pena. (KH. Imam Zarkasyi)
- Ya Allah SWT daripada aku melihat bangkai Pondokku, pundutlah (matikanlah) aku lebih dahulu. (KH. Ahmad Sahal)
- Satrio Panindito, sugih tanpo bondo, ngulurug tanpo bolo, digdoyo tanpo aji-aji, menang tanpo ngasorake. (KH. Ahmad Sahal)
- Kalau saya punya santri mau berjuang ke desanya, membina dakwah dalam desa itu, anak seperti itu cukup besar bagi saya. (KH. Imam Zarkasyi)
- Hei, Anak-anak KH. Idam Khalid dan kawan-kawan setelah kamu tamat dari sini, kelanjutanmu ke Salim Nabhan Surabaya. (KH. Imam Zarkasyi)
- Dalam menjalankan tugas (pengabdian) ananda agar berpegang teguh: Toto, titi, tatag, tutug. (KH. Ahmad Sahal)
- Sebesar keinsyafanmu sebesar itu pula keuntunganmu. (KH. Imam Zarkasyi)
- Hati-hati: harta, tahta dan wanita. (KH. Ahmad Sahal)
- Pondok ini supaya tetap berpegang: "Berdiri di atas dan untuk semua golongan". (TRIMURTI)
- Pondok supaya tetap berpegang teguh pada Panca Jiwa Pondok, yaitu Keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah Islamiyah, dan kebebasan. (TRIMURTI)
- Hidup sekali hiduplah yang berarti. (KH. Imam Zarkasyi)
- Jadilah ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama. (KH. Imam Zarkasyi)
- Sesudah keluar atau bebas dari tawanan PKI Pak Sahal, mengatakan: "Nyawa saya, nyawa turahan (sisa) yang paling nikmat adalah shalat di masjid saya. (KH. Ahmad Sahal)
- Patah tumbuh hilang berganti. (KH. Imam Zarkasyi)
- Motto pendidikan: "Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikir bebas. (TRIMURTI)
- Berjasalah tapi jangan minta jasa. (KH. Imam Zarkasyi)
- Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja. (KH. Ahmad Sahal)
- Anak-anakku jangan sekali-kali punya sifat "adigang adigung adiguna". (KH. Ahmad Sahal)
- Bila kamu menjadi pejabat (pemimpin) jangan bersifat ojo dumeh (merasa hebat, tinggi dan merendahkan orang lain. (KH. Ahmad Sahal)
- Wong urip, marani pati, jerone urip, toto pirantine. (KH. Ahmad Sahal)
- Kalau kamu pergi, pergilah yang jauh yang dekat terlalui. (KH. Imam Zarkasyi)
- Ojo suko pari suko, olo watake wong suko, nyudo kaprayitaning batin. (KH. Ahmad Sahal)
- Bahwa pondok ini telah diwakafkan resmi pada tahun 1958. (TRIMURTI)
- Untuk meneruskan dan memperjuangkan pondok perlu ada program, maka rumuskanlah Panca Jangka Pondok Modern Gontor pada akhir tahun 1948, yaitu: 1) Pendidikan dan Pengajaran, 2) Khizanatullah, 3) Pergedungan dan Peralatan, 4) Kaderisasi, 5) Kesejahteraan Keluarga Pondok. (TRIMURTI)
- Dasar Pemikiran diadakannya Pekan Perkenalan adalah Janganlah kehilangan tongkat yang kedua kalinya (peristiwa 19 Maret 1967). (KH. Imam Zarkasyi)
- Mengenai calon isteri kader/Guru, Calon isteri yang akan kesini itu ngarewangi opo ngurusi. (KH. Ahmad Sahal)
- Dalam mengembangkan Pondok ini, supaya selalu berhati-hati. (KH. Imam Zarkasyi)
- Pondok ini perpaduan/sintesa empat unsur; al-Azhar, Syanggit, Santiniketan, dan Alighar. (TRIMURTI)
- Tidak boleh lengah dalam urusan Administrasi, harus selalu waspada setiap detik, (KH. Imam Zarkasyi)
- Administrasi yang rapi, mutlak perlu (wajib) untuk menjaga kepercayaan. (KH. Imam Zarkasyi)
- Ada uang bisa membangun, ada uang tidak bisa membangun berarti tidur nyenyak, tidak bekerja, uang habis, tidak ada bangunan sama dengan korupsi. (KH. Imam Zarkasyi)
Seluruh falsafah dan nasihat serta mahfudzot itu ditempelkan di setiap dinding dan sudut di seluruh pondok Gontor sampai hari ini. Disinilah kekuatan Gontor.
Diambil dari berbagai sumber termasuk visual di pondok Gontor dan pustaka.
Pondok Zawiyah Qusyairiyyah, 5 Safar 1439 H
Muhammad E. Irmansyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar