Selasa, 03 Mei 2016

5. HAIBAH DAN UNS

Rasa takut disertai rasa hormat luar biasa (haibah) dan sukacita jiwa (uns) merupakan tahap dari derajat-derajat dalam al-qabdh dan al-basth. Kalau qabdh berada diatas tingkat khauf, dan basth di atas tingkat raja', maka haibah lebih tinggi daripada qabdh, kemudian uns lebih sempurna daripada basth.
(catatan MEI:  Maksudnya, uns lebih tinggi tahapnya. Sebab haibah muncul dari qabdh, yang bermula dari khauf.  Sedangkan uns muncul dari raja'. Karena orang yang takut kepada Allah swt. melihat kekurangan dirinya di hadapan Allah, hatinya akan terganggu oleh-Nya,  dan yang tersisa hanyalah sibuk dengan Allah,  sehingga muncullah haibah. Siapa yang wushul-nya terus menerus,  kalbunya akan lapang dan mendapatkan uns.)

Hak haibah adalah keghaiban. Setiap pelaku haibah senantiasa lebur dalam keghaiban. Orang-orang yang berada dalam ghaib frekuensinya berbeda dalam haibah menurut penjelasan mereka dalam keghaiban.

Sedangkan hak uns adalah pencerahan dalam kebenaran. Orang yang melakukan uns, berarti cerah jiwanya. Kemudian frekuensinya berbeda menurut penjelasan dalam bagian "minuman jiwa".  Mereka berkata, "Tempat terendah dalam al-uns adalah jika seseorang dilempar ke dalam neraka Jahanam, sama sekali sukacitanya tidak terpengaruh."

Al-Junayd r.a. berkata, "Aku mendengar batinku berkata, 'Seorang hamba bisa sampai pada suatu batas seandainya wajahnya tertebas pedang, sama sekali tidak merasakannya.'  Sedangkan dalam hatiku ada sesuatu, hingga tampak jelas bahwa persoalannya sampai sedemikian itu."

Diriwayatkan dari Ahmad bin Maqatil al-'Ikky, ia berkata,  "Aku memasuki tempat asy-Syibly, sedangkan beliau tengah mencabut helai bulu alisnya dengan sebuah penjepit. Aku katakan kepadanya, 'Wahai Tuanku, Anda berbuat demikian pada diri sendiri,  sementara rasa pedihnya kembali pada hatiku.'  Ia menjawab,  'Celaka Anda! Hakikat itu tampak padaku, dan aku tidak kuat memikulnya. Maka, beginilah, aku memasuki kepedihan atas diriku, siapa tahu akan merasakannya, lalu tertutup dariku. Aku tak menemukan kepedihan itu.  Dan tidak tertutup dariku, sedangkan kepedihan itu membuatku tidak tahan'."

Kondisi haibah dan uns, walaupun masing-masing tampak jelas, bagi ahli hakikat masih dikategorikan kurang,  karena keduanya mengandung perubahan pada diri hamba.  Sedangkan yang tidak berubah, dinamakan ahli tamkin.  Mereka hangus dalam wujud nyata.  Tidak ada haibah dan tiada pula uns, tidak ada ilmu maupun rasa.

Cerita ini dikenal dari Abu Sa'id al-Kharraz:  "Suatu saat di kampung  aku berkata:
Aku datangi, maka aku tak mengerti dari mana, siapa aku,
kecuali apa yang dikatakan manusia
pada diriku dan dalam jenisku,
Aku datangi jin dan manusianya
Jika tak kutemui seorang pun,
aku datangi diriku.

Kemudian ada bisikan lembut menyusup ke dalam kalbuku:
Amboi,  siapa yang tahu sebab-sebab
yang lebih luhur wujud-nya,
lalu ia bersukaria dengan kesesatan yang hina
dan dengan manusia.
Kalau engkau dari ahli wujd yang hakiki
pastilah engkau gaib dari Jagad, Arasy dan Kursy
Sedang engkau tanpa kondisi ruhani bersama Allah
Jauh dari mengingat,
pada jin dan manusia."

Pondok Al-Qusyairi, 25/7/1437 H

MEI

Gambar ilustrasi 
Lukisan karya 
Syeikh DR. KH. Luqman Hakim, MA 
Syeikh Thoriqoh Syadziliyyah 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar