Minggu, 27 Maret 2016

Sifat-Sifat

Abul Hasan  al-Busyanjy r.a. berkata, "Tauhid berarti Anda tahu bahwa Allah swt.  tidak serupa dengan makhluk dan tidak kontra pada Sifat-sifat."

Al-Husain bin Mansur al-Hallaj menegaskan,  "Al-Qidam hanyalah bagi-Nya. Segala yang fisikal adalah Penampilan-Nya, yang tampak bendawi menetapkan-Nya, yang piranti mengintegrasikan-Nya, kekuatannya berada di genggaman-Nya. Hal-hal yang tersusun waktu, waktulah yang memisahkannya, dan yang ditegakkan oleh selain-Nya,  maka bencanalah yang menyentuhnya. Hal-hal yang terbuat oleh khayal, maka proyeksi menaikkan tahapan kepada-Nya. Siapa yang berbicara soal tempat, maka akan berjumpa dengan kata dimana......;
Sungguh Mahasuci Allah swt., Dia tidak dilindungi oleh sesuatu diatas, dan tidak pula dikecilkan oleh yang dibawah. Dia tidak menerima batas dan tidak dicampuri keseluruhan. Dia tidak ditemui oleh yang ada,  juga tidak dihilangkan oleh tiada. Sifat-Nya tidak memiliki sifat, pekerjaan-Nya tidak memiliki cacat. Ada-Nya tak terjangkau. Suci dari ihwal makhluk-Nya. Bahkan makhluk tidak mencampuri-Nya dan dalam pekerjaan-Nya tak ada yang memasuki-Nya. Dia menjelaskan kepada makhluk melalui Qidam-Nya, sebagaimana makhluk itu mengenal penjelasan-Nya melalui kejadian baru (hudust)-nya."

Apabila Anda berkata, "Sesuatu telah berlalu,.." maka waktu telah didahului-Nya.
Jika Anda katakan:  Hawa,  maka ha' dan wawu  adalah ciptaan-Nya.  Apabila Anda berkata, "Dimana? " Maka, Wujud-Nya telah mendahului tempat.

Huruf adalah ayat-Nya,  wujud adalah ketetapan-Nya,  ma'rifat adalah tauhid-Nya,  dan tauhid-Nya adalah perbedaan-Nya dengan makhluk-Nya. Segala yang tergambar oleh khayal, selalu berbeda dengan-Nya.  Bagaimana bisa, Dia menempati sesuatu, yang dari-Nya sesuatu itu bermula? Atau Dia kembali pada sesuatu, padahal Dialah yang memunculkannya? Dia tidak bisa dibandingkan dengan dugaan, kedekatan-Nya adalah karamah-Nya, ketinggian-Nya adalah sesuatu yang tidak berukuran ketinggian, kedatangan-Nya tanpa berpindah. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir,  Yang Dzahir dan Yang Batin, Yang Dekat dan Yang Jauh, dimana tiada sesuatu pun menyamai-Nya.
Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Yusuf bin al-Husain berkata,  "Ada seorang berdiri di antara dua sisi Dzun Nuun al-Mishry. Orang itu bertanya, 'Berilah aku kabar tentang tauhid, apa sebenarnya tauhid itu?'  Dzun Nuun menjawab,  'Tauhid berarti Anda tahu bahwa Kekuasaan Allah swt. terhadap segala hal tanpa campur tangan, ciptaan-Nya terhadap makhluk tanpa perlu masukan,  dan sebab langsung bagi segala sesuatu adalah ciptaan-Nya, dan tak ada sebab langsung bagi ciptaan-Nya.  Seluruh langit tertinggi dan bumi terendah tak ada yang mengaturnya kecuali Allah swt. Segala bentuk yang terproyeksi dalam khayal Anda, maka Allah justru berbeda dengannya'."

Al-Junayd mengatakan, "Tauhid adalah ilmu Anda, dan ikrar Anda bahwa sesungguhnya Allah swt. adalah Tunggal dalam Azali-Nya, tak ada dua-Nya, dan tak sesuatu pun yang mengerjakan pekerjaan-Nya."

Jatibarang, 17 Jumadil Tsani 1437 H

MEI


Sabtu, 26 Maret 2016

Ma'rifatullah

Abu Bakr asy-Syibly berkata, "Allah adalah Yang Esa,  Yang dikenal sebelum ada batas dan huruf. Mahasuci Allah, tidak ada batasan bagi Dzat-Nya, dan tidak ada huruf bagi Kalam-Nya."

Ruwaym bin Ahmad ditanya mengenai fardhu pertama, yang difardhukan Allah swt. terhadap makhluk-Nya.  Ia berkata, "Ma'rifat." Karena firman Allah swt.: وما خلقت الجن والاس إلا ليعبدون
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyaat 56)

Ibnu Abbas menafsiri Illaa liya'buduun dimaksudkan adalah Illa liya'rifuun (kecuali untuk ma'rifat kepada-Ku).

Al-Junayd berkata, "Hajat hikmah pertama yang dibutuhkan oleh hamba adalah ma'rifat makhluk terhadap Khalik, mengenal Sifat-sifat Pencipta dan yang tercipta bagaimana ia diciptakanSehingga diketahui Sifat Khalik dari makhluk, dan Sifat Yang Qadim dari yang baru.   Sang makhluk merasa hina ketika dipanggil oleh-Nya dan mengakui kewajiban ta'at kepada-Nya. Barangsiapa tidak mengenal Rajanya, maka ia tidak mengakui terhadap raja, kepada siapa kewajiban-kewajiban harus diberikan."

Abu Thayib al-Maraghy berkata,  "Akal mempunyai buktihikmah mempunyai isyarat, dan ma'rifat mempunyai syahadat. Akal menunjukkanhikmah mengisyaratkan, dan ma'rifat menyaksikanbahwasanya kejernihan ibadah tidak akan tercapai kecuali melalui kejernihan tauhid."

Al-Junayd ditanya soal tauhid,  jawabnya,  "Menunggalkan Yang Mahatunggal dengan mewujudkan Wahdaniyah-Nya lewat keparipurnaan Ahadiyah-Nya. Bahwa Dialah Yang Esa Yang tiada beranak dan tidak diperanakkanDengan kontra terhadap antagonikeraguan dan keserupaantanpa upaya penyerupaan dan bertanya bagaimanatanpa proyeksi dan pemisalan; tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya.  Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. "

Abu Bakr az-Zahir Abady ditanya tentang ma'rifat.  Jawabnya,  "Ma'rifat adalah nama. Artinyawujud pengagungan dalam kalbu yang mencegah dirimu dari penyimpangan dan penyerupaan. "

CIREBON,  16 Jumadil Tsani 1437 H

KH. Muhammad E. Irmansyah,  MBA,  SHI. 

Jumat, 25 Maret 2016

Motivasi Penulisan Risalah

Di saat cobaan panjang melanda kita dewasa ini - secara sepintas kita melihat kisah tersebut - saya sangat terdorong untuk membeberkan kemungkaran mereka dengan tharikat seperti itu, bahwa para pengikutnya telah berbuat keburukan,  atau orang yang berbeda dengan mereka selalu dicaci, bahkan suatu bencana di negeri itu menimpa orang-orang yang kontra dengan tharikat mereka, disamping mendapatkan ancaman dan siksaan.
Ketika saya renungkan secara mendalam atas bencana kelemahan ini, ingin rasanya membongkar dan mengikis habis pandangan mereka itu. Semoga Allah memberikan kedermaan melalui Maha Lembut-Nya dalam menggugah orang yang mengingkari sunnah yang luhur,  yang telah menelantarkan etika tharikat yang hakiki.
Ketika waktu yang tersisa hanya dipenuhi dengan kesulitan, sementara generasi zaman di negeri ini telah terseret pada kebiasaannya, terbujuk oleh kemurtadannya, tiba-tiba hasrat saya menghentak dalam kalbu untuk meluruskan secara total dengan dasar-dasar yang perlu dibangun, dan kembali pada generasi Salafnya. Kemudian saya tuangkan Risalah ini kepada Anda sekalian (semoga Allah memberikan  kemuliaan kepada Anda).

Saya juga menguraikan sebagian perjalanan para syaikh tharikat ini, adab dan akhlak mereka,  pekerjaan dan akidah dalam kalbunya.  Serta isyarat-isyarat kerinduan, metode dalam menapaki tahap-tahap dari awal hingga puncaknya, agar orang yang hendak menempuh (al-murid) tharikat ini memiliki kekuatan hati. 
Dan untuk saya, dari Anda sekalian mengharapkan adanya suatu koreksi,  sebagai kesaksian.  Tentu saja, keluhan ini merupakan hiburan bagi saya. Dan dari Allah Yang Maha Mulia kita mendapatkan fadhal dan pahala.  Saya memohon pertolongan kepada Allah swt. terhadap apa yang saya tuturkan, dan saya senantiasa menyerahkan kepada-Nya. 

Saya memohon agar dijaga dari kekeliruan dalam Risalah ini, serta memohon ampunan dan pertolongan-Nya. Dialah Yang memberi fadhal secara layak, dan Kuasa terhadap apa saja yang dikehendaki-Nya.

438 H/1046 M.
Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al-Qusyairy

Risalah ini terjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara bebas; ditulis ulang oleh: Syekh  K.H. DR. Luqman Hakim, MA, SHI.;  K.H. Muhammad E. Irmansyah, SHI.

Kitab Ar-Risalah al-Qusyairiyyah fi 'ilmi at-Tashawwuf 
Syaikh Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al-Qusyairy 

I. PRINSIP-PRINSIP TAUHID DALAM PANDANGAN KAUM SUFI

Ketahuilah, para syaikh golongan Sufi telah membangun kaidah-kaidah mereka di atas prinsip tauhid yang shahih. Mereka telah membuat kaidah ini jauh dari bid'ah, relevan dengan ajaran tauhid yang telah diwariskan oleh generasi Salaf dan Ahli Sunnah. Tak ada rekayasa atau penyimpangan di dalamnya. Mereka mengetahui yang menjadi Hak Allah, dan mereka telah membuktikan hal-hal yang menjadi predikat Wujud, dari segala yang tiada. 
Karena itu, al-Junayd r.a., pemuka tharikat ini berkata, "Tauhid adalah menunggalkan Yang Maha Dahulu (Qidam) dari yang datang kemudian (hudust)."

Para syaikh itu membangun aturan dasar tauhid dengan argumentasi yang jelas dan bukti yang layak. Sebagaimana dikatakan Ahmad bin Muhammad al-Jurairy r.a., "Siapapun yang berpijak pada ilmu tauhid yang tidak didasari oleh pembuktian dari bukti argumentasinya, akan disirnakan oleh bujuk yang mendahului dalam hasrat kebinasaan."
Maksud syaikh ini, barangsiapa bertaklid dan tidak merenungkan dalil-dalil/bukti tauhid, ia gugur dari tradisi yang menyelamatkan. Ia akan terjerumus dalam jurang kehancuran.

Sementara orang yang mau merenungkan tulisan dan keunggulan kalimat-kalimat mereka, ia akan menemukan kumpulan ucapan dan rinciannya yang memberikan kekuatan kontemplatif; bahwasanya kalangan manapun tidak bisa membatasi diri lewat angan-angan dalam pembuktian, dan tidak memasuki tahapan pencarian secara menyimpang.

CIREBON, 15 Jumadil Tsani 1437 H. 

Gambar ilustrasi at-Tauhid 

Problematika Kita

Ketahuilah semua, bahwa ahli-ahli hakikat dari golongan Sufi ini, mayoritas telah tiada, yang tersisa hanya bekasnya saja. Seperti dikatakan penyair:

Sedangkan kemah-kemah
sungguh seperti kemah mereka
Aku melihat wanita-wanita yang hidup
bukanlah wanita kemah itu.

Yang terjadi adalah melemahnya tharikat tersebut,  bahkan tergusur.
Sementara syaikh yang membimbing mereka telah berlalu.
Generasi muda sangat sedikit yang mengikuti petunjuk dan tradisi mereka. Sehingga hilanglah wira'i, cakrawalanya menjadi sempit,  justru sikap tamak dan ikatannya yang menguat.
Hati mereka semakin jauh dari citra syariat.

Bahkan mereka menganggap remeh dan acuh tak acuh terhadap persoalan agama,  sehingga mereka terhempas pada pandangan yang tidak memisahkan halal dan haram.

Selain menganggap enteng dalam melaksanakan ibadah,  mereka juga meremehkan puasa dan shalat.  Mereka terjerumus dalam medan kealpaan,  menancapkan tonggak-tonggak syahwat,  tanpa peduli menerjang larangan-larangan.  Mereka bangga atas apa yang mereka peroleh dari rakyat, wanita-wanita dan orang-orang yang memiliki kekuasaan.

Kemudian mereka membiarkan apa yang telah mereka langgar itu. Sehingga mereka mengisyaratkan pada hakikat-hakikat tertinggi dengan ihwal (kondisi-kondisi spiritual)-nya, lalu mengaku bahwa mereka telah bebas dan merdeka dari dari belenggu, mereka telah mewujudkan hakikat bertemu dengan Allah swt.  (wishal). Dan mereka merasa bahwa dirinya telah berdiri di atas kebenaran, dengan aturan-aturan hukum sendiri. Allah swt. tidak lagi memberi beban pada diri mereka, hal-hal yang diutamakan atau dilarang-Nya, begitupun Allah tidak mencaci dan mengecam mereka.  

Mereka menyangka ketika dibukakan rahasia-rahasia Ahadiyah dan ber-transenden kepada universitalitas, maka segala aturan manusia biasa tidak berlaku.  Mereka menganggap telah abadi setelah melampaui fana'nya melalui cahaya-cahaya Shamadiyah. Orang yang mempunyai pendapat berbeda dengan mereka, dianggap bukan sebanding atau setahap dengan mereka. Orang yang ingin mengganti pandangan mereka malah dianggap sebagai golongan yang harus disingkirkan di mata mereka.

Cirebon,  15 Jumadil Tsani 1437 H

MEI 

Gambar Ilustrasi

Kamis, 24 Maret 2016

Golongan Sufi

Allah swt. telah menjadikan golongan ini sebagai barisan kekasih-kekasih-Nya, setelah para Rasul dan Nabi-Nya. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada mereka. Allah menjadikan kalbu mereka sebagai sumber rahasia-Nya, dan memberikan keistimewaan di antara para umat melalui kecemerlangan cahaya-Nya.

Mereka adalah para penolong bagi makhluk. Mereka memerankan tingkah lakunya bersama dan dengan al-Haq.   

Allah menjaga mereka di tempat-tempat musyahadahketika ditampakkan hakikat-hakikat Ahadiyah-Nya kepada mereka.  

Allah menolong mereka dalam menegakkan adab ubudiyah,  dan Allah menampakkan secara nyata kepada mereka jalan-jalan hukum rububiyah.  

Lalu mereka menegakkan sesuai dengan kewajiban dan tugas,  dan mereka mewujudkan apa yang telah dianugerahkan Allah swt. melalui kreasi hati dan upaya amal. Kemudian mereka kembali kepada Allah swt. dengan segala kejujuran fakir dan sifat leburnya jiwa

Mereka sama sekali tidak mengandalkan apa yang telah dihasilkan itu, sebagai buah amalnyaAtau kejernihan ilmu yang lahir dari tingkah lakusebagai ilmu mereka

Segalanya dari Keagungan dan Keluhuran Allah swt.,  Yang berbuat sesuai kehendak-Nya, memilih siapa yang diinginkan-Nya, di antara para hamba.  

Dia tidak dihukumi oleh makhlukbegitu pula tidak harus memenuhi hak makhluk.
Pahala-Nya merupakan awal dari fadhal,  dan siksaan-Nya merupakan hukum keadilansedangkan amar-Nya merupaka qadha'.

CIREBON,  14 Jumadil Tsani 1437 H.


Gambar ilustrasi Syaikh dengan muridnya. 

Selasa, 22 Maret 2016

MUKADIMAH RISALAH QUSHAIRIYAH



بسم الله الرحمن الرحيم
 
Segala puji bagi Allah Yang Maha Tunggal dengan Keagungan Diraja-Nya, dan Maha Esa dengan Keindahan Kekuasaan-Nya, Perkasa dengan Keluhuran Ahadiyah-Nya, Mahasuci dengan Ketinggian Shamadiyah-Nya. Mahabesar dalam Dzat-Nya dari segala cakrawala setiap yang memandang-Nya, dan bersih dalam Sifat-sifat-Nya dari segala bentuk dan proyeksi.


Bagi-Nya, segala Sifat-sifat yang khusus bagi Diri-Nya, dan ayat-ayat yang terucap, bahwasanya sifat dan ucapan itu tidak sama dengan makhluk-Nya.
Mahasuci Allah Yang Perkasa. Tak ada batas untuk meraih-Nya, tak ada bilangan untuk mengukur-Nya, tak ada jarak untuk membatasi-Nya, dan tak seorangpun memberi pertolongan kepada-Nya, tak ada seorang anak yang memberi syafaat kepada-Nya, tak ada bilangan untuk mengumpulkan-Nya, tak ada tempat untuk tinggal-Nya, tak ada waktu yang menemukan-Nya, tak ada kepahaman untuk mengukur-Nya dan tak ada khayalan untuk memproyeksikan-Nya.


Maha Luhur Allah untuk ditanyakan: Bagaimana Dia? Atau, di mana Dia? Atau ciptaan-Nya diupayakan oleh periasan, atau kreasi-Nya dipertaruhkan dari kekurangan dan keburukan. Sebab bagi-Nya, tak satupun yang menyamai-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dia tidak dikalahkan oleh kehidupan, dan Dia Maha Waspada lagi Maha Kuasa.
Saya memuji-Nya atas segala yang didelegasikan dan diciptakan. Dan saya bersyukur atas apa yang terangkum dalam genggaman dan tertolak, saya bertawakal kepada-Nya dan saya menerima, saya ridha terhadap apa yang telah diberikan dan apa yang tidak diberikan.


Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dengan Keesaan-Nya. Tak ada sekutu bagi-Nya. Suatu kesaksian yang diyakini lewat tauhid kepada-Nya, dan berjalan melalui kebajian abadi-Nya.

Dan saya bersaksi bahwa Muhammad saw. adalah hamba-Nya yang terpilih, dan menjadi kepercayaan-Nya yang terpilih, menjadi Rasul-Nya yang diutus untuk seluruh umat manusia. Semoga, senantiasa Allahmencurahkan rahmat-Nya kepadanya, dan kepada seluruh keluarganya yang menjadi lampu penerang tak kunjung padam. Begitu juga kepada para Sahabatnya yang menjadi pintu-pintu pembuka hidayah. Semoga salam-Nya senantiasa tercurah, salam yang berlipat ganda banyaknya.


MEI, 13 Jumadil Tsani 1437 H, 22 Maret 2016 M.