Rabu, 27 April 2016

ALLAH SWT. YANG HAQ

Para syaikh dari thariqoh ini mengatakan soal tauhid:  Sesungguhnya Al-Haq adalah Maujud, Qadim, Esa, Mahakuasa, Mahaperkasa, Mahakasih, Maha Menghendaki, Maha Mendengar, Mahaagung, Mahaluhur, Mahabicara, Maha Melihat, Mahabesar, Mahahidup, Mahatunggal, Mahaabadi, dan segalanya bergantung kepada-Nya.

Allah Maha Mengetahui dengan sifat Ilmu, Mahakuasa dengan sifat Qudrat, Maha Menghendaki dengan sifat Iradat,  Maha Mendengar dengan sifat Sam',  Maha Melihat dengan sifat Bashar, Mahabicara dengan Kalam, dan Mahahidup dengan Hayat, serta Mahaabadi dengan Baqa'.

Allah mempunyai Dua Hasta kekuasaan (Dua Yad) yang merupakan sifat-sifat yang dengannya menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Mahasuci Allah dari segala keharusan menentukan,  dan hanya bagi-Nya wajah yang bagus.

Sifat-sifat Dzat-Nya hanya khusus bagi Dzat-Nya, tidak bisa dikatakan bahwa sifat tersebut adalah Dia, dan bukan pula sifat-sifat tersebut sebagai bujukan bagi-Nya. Tetapi adalah sifat-Nya Yang Azali dan Abadi.

Allah adalah Tunggal Dzat-Nya, Yang tidak disamai oleh segala ciptaan, dan tidak diserupai oleh semua makhluk.

Allah bukan jasad, materi,  benda dan bukan sifat baru, tidak tergambar oleh khayal, tak terjangkau akal, tidak berpenjuru dan bertempat. Tiada waktu dan zaman yang berlaku bagi-Nya. Dan tidak ada penambahan dan pengurangan bagi sifat-sifat-Nya.

Allah tidak dikhususkan oleh bentuk, tidak dipotong oleh pangkal dan batas, tidak ditempati yang baru, tidak didorong ketika berbuat. Tiada warna dan tempat bagi-Nya, dan tidak ada pula pertolongan untuk menolong-Nya.

Dari kekuasaan-Nya tidak muncul yang terkira,  dan dari hukum-Nya tidak diragukan oleh penyimpangan. Dari ilmu-Nya tidak tersembunyi oleh yang diketahui-Nya. Dan Dia tidak dicaci atas pekerjaan-Nya, bagaimana Dia mencipta dan apa yang dicipta. Tidak bisa dikatakan kepada-Nya: Di mana Dia, dan bagaimana Dia? Dan wujud pun tidak akan berupaya membuka-Nya, sehingga muncul kata-kata: Kapan Ada? Keabadian-Nya tidak ada pangkalnya, sehingga dikatakan, "Melampaui kekinian dan zaman." Tetapi Allah tidak bisa dikatakan: Mengapa Dia berbuat terhadap sesuatu?  Karena, tidak ada sebab langsung terhadap pekerjaan-Nya.

Allah juga tidak bisa dipertanyakan: Apakah Dia? Karena Allah bukanlah jenis yang ditandai oleh sejumlah tanda bentuknya.  Dia melihat bukan dengan cara berhadapan. Dan Dia melihat kepada selain Diri-Nya, bukan dengan penyerupaan. Dia mencipta, tidak dengan langsung dan mencoba-coba.

Dia memiliki Asma'ul Husna dan Sifat-sifat Luhur. Dia melakukan sesuai dengan kehendak-Nya, dan memberi penghinaan kepada hamba-Nya lewat hukum-Nya. Dalam kerajaan-Nya tidak ada yang berjalan kecuali atas kehendak-Nya, dan tidak terjadi dalam kerajaan-Nya melainkan yang telah didahului qadha'. Apa yang diketahui dari ciptaan-Nya, maka hal itu dikehendaki-Nya. Dan apa yang diketahui sebagai sesuatu yang tidak terjadi dari apa yang wenang. Dia berkehendak untuk tidak terjadi.

Allah adalah Pencipta rezeki hamba-hamba-Nya, kebaikan dan keburukan rezeki itu. Allah pula yang menciptakan alam dari materi dan submateri. Allah Yang Mengutus utusan untuk para umat, bukan sebagai kewajiban bagi-Nya. Allah sebagai Dzat Yang disembah manusia melalui lisan para Nabi a.s., tidak seorang pun berpeluang untuk mencaci dan menentang-Nya. Dan Nabi kita Muhammad saw. ditetapkan melalui mukjizat yang nyata dan ayat-ayat yang cemerlang, yang tidak memberi keuzuran, dan memberi penjelasan meyakinkan serta mengenalkan mana yang mungkar.  Khulafaur-Rasyidin yang menjaga kemilaunya Islam setelah wafat Nabi saw.,  selanjutnya dijaga oleh generasi yang memagari kebenaran dan penolongnya yang menjelaskan lewat hujjah agama melalui lisan para auliya'-Nya. Umat Nabi saw. terjaga dari kesesatan ketika melakukan ijma'.  Dan rekayasa kebatilan sirna melalui dalil-dalil yang ditegakkan. Semuanya dilakukan oleh para pejuang agama,  karena firman Allah swt.:
ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون
Artinya: "Agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci." (QS. ash-Shaff: 9).

Baitussujud Darussalamah, 19 Rajab 1437 H.

MEI 

Ilustrasi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar