Abu Abdullah bin Khafif berkata, "Iman berarti penetapan kalbu terhadap apa yang telah dijelaskan oleh Al-Haq mengenai hal-hal yang gaib."
Abul Abbas as-Sayyary berkata, "Pemberian Allah itu ada dua macam: Karamah dan Istidraj. Segala hal yang menetap abadi dalam dirimu adalah karamah, dan segala hal yang sirna dari dirimu adalah istidraj. Maka katakan saja, 'Aku beriman, Insya Allah'!"
Sahl bin Abdullah at-Tustary menandaskan, "Orang-orang yang beriman melihat Allah swt. dengan mata hati, tanpa pangkal batasan dan kawasan."
Abul Husain an-Nury berkata, "Kalbu adalah tempat penyaksian Al-Haq. Kami tidak pernah melihat kalbu yang lebih rindu kepada-Nya, dibandingkan kalbu Muhammad saw. Lalu Allah swt. memuliakannya lewat Mi'raj, sebagai pendahuluan terhadap penglihatan kepada Allah swt. dan penyempurnaan."
Abu Ustman al-Maghriby berkata, "Aku meyakini sesuatu seputar arah. Ketika aku datang ke Baghdad, hilanglah semua itu dari kalbuku. Lantas aku menulis surat kepada sahabatku di Mekkah. 'Aku sekarang masuk Islam, dengan Islam yang baru (sebenarnya)'."
Abu Ustman ditanya soal makhluk. Jawabnya, "Cetakan dan bayangan, yang berjalan di atasnya hukum-hukum Kekuasaan Ilahi."
Al-Wasithy berkata, "Ketika arwah dan jasad tegak dengan seijin Allah, dan keduanya pun tampak dengan ijinNya, maka keduanya pun tegak tidak dengan zat-nya, seijin Allah. Sebab gerakan-gerakan dan hasrat itu merupakan cabang bagi jasad dan arwah."
Pondok Al-Qusyairiy, 11 Rajab 1437 H.
MEI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar